Sabtu, 29 Desember 2012

Review Novel: Permainan Maut


Judul: Permainan Maut
Pengarang: Lexie Xu
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku: 288 halaman
Genre: Horror, Thriller

Sinopsis:
Yo, namaku Tony Senjakala dan hidupku saat ini bagaikan sederetan mimpi buruk.
Sebuah e-mail dari teman lamaku -tentang kejadian-kejadian misterius di rumahnya- terus mengusik pikiranku. Namun, aku berusaha melupakannya karena sudah tidak sabar lagi untuk berlibur dengan Jenny, pacarku yang manis banget.
Tak disangka, tiba-tiba muncullah seseorang yang sangat tidak ingin aku jumpai, namun terus saja menghantui kehidupanku. Tidak ingin orang ini membahayakan Jenny, aku terpaksa melupakan liburan impianku, mengadakan kamp latihan judo dadakan, dan menginap di rumah misterius yang konon menimbulkan nasib buruk bagi para penghuninya.
Celakanya, Markus, sobatku, malah menjalin hubungan mesra dan menjijikan dengan si oknum ini, tidak peduli betapa uring-uringan aku dibuatnya, tidak peduli kami terkurung di penginapan menyeramkan, tidak peduli satu demi satu anggota klub judo mulai lenyap.
Bersama pasangan yang tidak serasi inilah aku harus membongkar semua kejadian aneh ini. Apa sih yang sebenarnya terjadi di penginapan ini? Apakah ada kaitannya dengan hantu legenda si Kakak yang menginginkan teman dan si Adik yang menginginkan pembalasan dendam?
Ataukah ada permainan yang lebih mengerikan daripada yang kami duga?

Buku ketiga dari The Johan's series, lanjutan Obsesi dan Pengurus MOS Harus Mati ini, lebih kocak daripada dua buku sebelumnya dengan menggunakan sudut pandang Tony, Markus, dan Tory. Cerita ini waktunya beriringan sama waktu Hanny jadi pengurus MOS, jadi menceritakan pengalama Tony, Markus, dan anggota judonya saat mengalami kamp latihan.

Disini diajarkan banget tentang sikap setia kawan, mau membantu dan berkerja bersama-sama saat situasi yang sulit, juga jangan menilai orang hanya dari pandangan pertama atau dari sifat fisik luarnya saja, siapa tahu ternyata orang itu memiliki hati yang baik, setia kawan, dan suka menolong...atau bisa juga sangat jahat dan keji.

Baca buku ini isinya ngakak mulu, beneran deh! Yaa, ngakaknya sih nggak pas lagi dianiaya para tokohnya *eh. Habis, sudut pandang dan pemikiran Tony, Markus, dan Tory emang aneh-aneh dalam menghadapi situasi yang mereka hadapi. Yang bikin semangat juga hubungan antara Markus sama Tory. Tory nya sih, pake nyembunyiin perasaanya segala, hahaha. Ada salah satu adegan favorit aku disini, ini deh cuplikannya, ini ditulisnya dari sudut pandang Tory:

'Markus melirik ke arahku, ujung bibirnya melengkung ke atas, membuat wajahnya yang dingin menjadi melembut. 
"Trust me."
Hell, cowok ini memang pandai membuatku deg-degan."

Okay, terdengar biasa, huh? Tapi, kalau adegan ini terjadi pada saat-saat genting melawan para oknum keji itu, apa nggak bikin gemes? Apalagi bayangin Markus dengan sok cool-nya bilang "trust me" macam iklan susu buat cowok-cowok berbadan gede itu huahahahaa.

Yang nggak kalah bikin penasaran buat cepet-cepet baca buku ke-empat sekaligus buku terakhir dari The Johan's Series, adalah bagian akhir buku ini yang bikin gemeees banget!

Buruan bacaa, eeh, selamat membaca :D

2 komentar:

  1. hay kak salam kenal :) suka baca novel yaaa? ah asyik nih bisa sharing2 hehehe harus sering2 mampir ke sini nih kalo ada resensi baruuuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haay, salam kenal juga :)) sukaaa banget =D hihi, silahkan lhoo kalau mau mampir2, ntar saya gantian mampir kesanaa. semoga memberi manfaat ya resensi2nyaa :))

      Hapus